luka yang tak terlihat

Malam itu hujan turun deras, membasahi jendela kamar kecil milik Dinda. Gadis berusia 15 tahun itu duduk di sudut kamar, memeluk lututnya. Dari luar, terdengar suara pertengkaran ayah dan ibunya—sesuatu yang sudah menjadi bagian dari hidupnya sejak kecil.

“Kamu selalu pulang malam! Kamu pikir aku tidak tahu kamu selingkuh?!” teriak ibunya."Jangan bicara seolah kamu suci! Kamu juga nggak pernah peduli sama aku dan anak kita!” balas ayahnya, suaranya dipenuhi amarah.

Dinda menutup telinganya dengan kedua tangan, berharap bisa menghilangkan suara-suara menyakitkan itu. Tapi, sekeras apa pun ia mencoba, kenyataan tetap ada di depan mata. Ia berasal dari keluarga yang hancur—broken home.

Orang tuanya dulunya saling mencintai, atau setidaknya itulah yang selalu diceritakan neneknya. Namun, seiring waktu, cinta itu berubah menjadi kebencian, perselingkuhan, dan pertengkaran tanpa henti. Ayahnya sibuk dengan pekerjaannya, sering pulang larut malam dengan aroma parfum asing. Sementara ibunya tenggelam dalam rasa sakit, terkadang melampiaskannya dengan menyalahkan Dinda atas segalanya.

Dinda lelah. Ia iri melihat teman-temannya yang punya keluarga bahagia, yang bisa makan malam bersama tanpa harus mendengar suara pecahan piring atau isakan tangis di tengah malam. Ia pernah berharap semuanya bisa kembali seperti dulu, tapi harapan itu perlahan memudar.

Suatu hari, pertengkaran mereka mencapai puncaknya. Ayahnya pergi, meninggalkan rumah tanpa pamit. Ibunya menangis berhari-hari, tetapi Dinda tahu, kepergian itu mungkin lebih baik. Setidaknya, rumah mereka akan lebih tenang tanpa teriakan dan makian.

Namun, kepergian ayahnya tak serta-merta menyembuhkan luka Dinda. Ia tumbuh dengan perasaan kosong, sulit percaya pada orang lain, dan selalu merasa tidak cukup baik. Tapi di balik semua itu, ia menyimpan tekad: ia tidak akan membiarkan dirinya terjebak dalam lingkaran yang sama.

Dinda berjanji pada dirinya sendiri—suatu hari nanti, ia akan menciptakan keluarga yang berbeda. Sebuah rumah yang penuh cinta, tanpa luka yang tak terlihat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kaka santri baik hati

eskul pmr pleasant

study tour ke Yogyakarta