真の友 'sahabat sejati'

Di sebuah kota kecil yang dikelilingi perbukitan hijau, hiduplah dua sahabat bernama Raka dan Dimas. Mereka telah berteman sejak kecil dan selalu bersama dalam suka maupun duka. Bagi mereka, pertemanan bukan sekadar kebersamaan, tetapi juga tentang saling mendukung dan memahami satu sama lain.

Mereka bersekolah di sekolah yang sama, duduk di bangku yang bersebelahan, dan bahkan memiliki impian yang serupa—ingin menjadi orang sukses dan membahagiakan keluarga mereka. Raka adalah anak seorang pedagang kecil di pasar, sementara Dimas berasal dari keluarga sederhana yang mengandalkan penghasilan ayahnya sebagai buruh bangunan.Meskipun hidup dalam keterbatasan, mereka tidak pernah mengeluh. Justru, mereka selalu berusaha membantu satu sama lain. Jika Raka tidak punya uang untuk membeli buku, Dimas akan meminjamkan bukunya. Jika Dimas kesulitan mengerjakan tugas, Raka akan mengajarinya hingga paham.

Saat menginjak SMA, kehidupan mulai membawa tantangan bagi mereka. Raka mendapat kesempatan untuk mengikuti olimpiade sains tingkat nasional. Itu adalah kesempatan besar, tetapi juga berarti ia harus sering berlatih dan mengurangi waktu bersama Dimas.Di sisi lain, Dimas mulai merasa terabaikan. Ia merasa Raka semakin sibuk dan tidak lagi peduli padanya seperti dulu. Suatu hari, saat Raka sedang belajar di perpustakaan, Dimas datang dengan wajah kecewa."Kamu berubah, Rak. Sekarang kamu cuma peduli sama olimpiade itu. Kita dulu selalu bareng, tapi sekarang?" ucap Dimas dengan nada kesal.Raka terkejut. Ia tidak menyangka sahabatnya merasa seperti itu. "Aku bukannya nggak peduli, Dim. Aku cuma ingin memanfaatkan kesempatan ini. Kamu tahu kan, aku ingin mengubah hidup keluargaku?"Dimas terdiam. Ia sebenarnya mengerti, tapi tetap merasa kehilangan sahabatnya. Sejak hari itu, mereka mulai jarang berbicara.

Beberapa minggu kemudian, sebuah kejadian mengubah segalanya. Saat pulang sekolah, Dimas melihat Raka sedang duduk sendirian di taman dengan wajah lesu. Ia mendekat dan bertanya, "Ada apa?"Raka menghela napas. "Aku gagal, Dim. Aku kalah di olimpiade. Aku pikir aku bisa membanggakan orang tuaku, tapi ternyata aku nggak cukup baik."Dimas menatap sahabatnya dengan iba. Ia tahu betapa keras usaha Raka. Tanpa berpikir panjang, ia menepuk bahu Raka dan berkata, "Menang atau kalah, itu bukan yang terpenting. Aku tetap bangga sama kamu. Sahabat sejati nggak diukur dari prestasi, tapi dari perjuangannya."Mendengar itu, Raka tersenyum untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Ia sadar bahwa dalam hidup, ada hal yang lebih berharga daripada kemenangan—yaitu persahabatan sejati yang tidak tergantikan.


Sejak hari itu, mereka kembali seperti dulu. Mereka berjanji untuk selalu mendukung satu sama lain, tidak peduli seberapa sibuk atau sulitnya hidup. Bagi mereka, sahabat sejati adalah mereka yang tetap tinggal, bahkan saat dunia terasa berat







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kaka santri baik hati

eskul pmr pleasant

study tour ke Yogyakarta